demo mahasiswa samarinda kaltim vs polisi

kumpulan mahasiswa unmul dan organisasi gabungan lainnya-Demo Berlanjut, Tutup Jalan, Tuntut Rekan Dilepaskan

SAMARINDA. Meski harga bahan bakar minyak (BBM) batal naik, namun di Samarinda aksi demo yang dilakukan gabungan mahasiswa se-Samarinda terus berlanjut.

Tuntutan mereka kalini bukan hanya tidak dinaikkannya bahan bakar minyak (BBM) dan turunnya SBY-Bodieno saja, tapi demo dilakukan dengan tuntutan agar 5 mahasiswa yang ditangkap polisi karena disebut terlibat pengrusakan pos Polisi Lalu Lintas di simpang empat Mal Lembuswana dilepaskan. Untuk mencari perhatian, mahasiswa kembali menutup total Jl M Yamin selama kurang lebih 5 jam.

Petugas gabungan Polresta Samarinda, Polres Kutai Kartanegara (Kukar), Detasemen Pelopor B Brimob Polda Kaltim, serta TNI pun terpaksa melakukan tindakan tegas untuk membubarkan mahasiswa tersebut.

Awalnya petugas gabungan mengadang ratusan mahasiswa yang hendak konvoi persis di depan Mal Lembuswana, Jl M Yamin. Satu persatu barang bawaan yang dianggap membahayakan disita.
Polisi mencari senjata tajam (sajam), bom molotov maupun tongkat yang dipakai buat bendera.

Tak hanya itu, polisi yang melakukan sweeping juga menemukan mahasiswa pembakar pos polisi di dalam barisan konvoi tersebut.
Akibat penutupan jalan yang dilakukan mahasiswa itu, kepolisian terpaksa mengalihkan sejumlah arus lalu lintas agar tak mengganggu rencana kepolisian, yang memang akan mengambil tindakan tegas.

Sekitar pukul 19.00 Wita, setelah salat Magrib aparat gabungan pun dipersiapkan untuk memukul mundur mahasiswa, yang sudah merusak berbagai macam fasilitas umum seperti pot bunga dan membakar ban bekas di tengah jalan.

Ribuan polisi dan TNI itu berjalan mulai simpang empat Mal Lembuswana menuju jalan pintu masuk Komplek Universitas Mulawarman (Unmul), tempat berkumpulnya mahasiswa yang tengah menutup jalan.

Kedatangan petugas gabungan sudah diketahui dan mahasiswa pun langsung melempari batu saat saling berhadapan. Setelah itu mahasiswa lari tunggang langgang ke areal kampus. Tembakan gas air mata dan juga semprotan air dari kendaraan water cannon, digunakan untuk memecah konsentrasi dan memukul mundur mahasiswa.

"Kami terpaksa melakukan tindakan seperti ini, karena rekan-rekan pendemo sudah mengganggu kenyamanan warga khususnya pengguna jalan. Soalnya mereka menutup jalan umum," ujar Kapolresta Samarinda Kombes Pol Arief Prapto S kepada Sapos.

Untungnya polisi tak terpancing dan hanya menunggu hingga di depan pintu gerbang saja. Sementara mahasiswa malah sibuk melempari polisi dengan batu. Tak hanya itu, tiga buah bom molotov juga sempat dilempar ke kerumunan polisi.

"Dari awal saya melarang keras anggota saya melakukan lemparan balasan, karena itu bisa mencederai pendemo. Saya kedepankan supaya bertindak sesuai prosedur saja," ungkap Arief.

Polisi juga berhasil mengamankan satu bom molotov yang tak sempat diledakkan, tak jauh dari pintu gerbang Komplek Unmul tersebut. Seakan bom molotov dipersiapkan untuk melakukan perlawanan terhadap petugas gabungan.

"Awalnya memang kami lakukan pendekatan persuasif, dengan meminta agar mahasiswa bubar dengan sendirinya. Tapi kenyataanya, para pendemo semakin anarkis dan sudah mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di wilayah hukum Polresta Samarinda dan itu harus ditindak," kata Arief.

Dikatakan Arief, harusnya mahasiswa bisa mengacu UU RI No 8 Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum, menyatakan bahwa setiap aksi yang dilakukan harus mengutamakan persatuan dan kesatuan, mengutamakan kepentingan umum dan tidak anarkis.

"Artinya dalam UU tersebut, kami berhak untuk melakukan pembubaran paksa, jika ketentuan-ketentuan yang tertera dalam UU tersebut dilanggar," tandasnya.
Pantauan Sapos di lapangan, setelah merasa aman petugas gabungan pun kembali ke simpang empat Mal Lembuswana. Setelah petugas pergi mahasiswa kembali keluar dan menutup jalan.

Pengendara motor yang melintas dipaksa memutar arah oleh mahasiswa. Kejadian ini sempat ditentang warga sekitar maupun pengendara motor. Namun karena warga enggan terjadi keributan, akhirnya mereka mengalah. Tak lama kemudian atau sekitar pukul 21.00 Wita, mahasiswa akhirnya membubarkan diri dan arus lalu lintas kembali dibuka.

(sapos.co.id)